Hasrat dianggap sebagai penggerak,
karena – katanya – berangkat dari yang suka akan memudahkan.
Padahal suka bisa saja godaan.
Padahal suka sejatinya adalah panggilan.
Tujuan dianggap sebagai arah hidup kita,
karena – katanya – hidup tanpa arah akan limbung bingung.
Namun apapun dan siapapun yang tercipta,
tak mampu tahu pasti maksud penciptaan.
Hasrat dan Tujuan bukannya tak penting,
tapi perlu tersadari,
agar peka mengalami,
dan terjalin menjalani,
serta arif meneladani.
Jalani keduanya dalam bentuk peran-peran,
dalam Berkesadaran.
Karena peran adalah anugerah,
dan bisa berubah sesuai keselarasan yang diperlukan.
Peran-Peran tak sibuk memilih kesukaan.
Walau peka akan yang suka,
tapi tersadari dulu akan yang hadir.
Walau peka dengan arah yang tampaknya ditunjukkan,
tapi tersadari dulu akan anugerah keberadaan.
Peran adalah dinamika dan debaran tarian.
Peran bukanlah keakuan dan kepastian penari.
Peran adalah keleluasaan yang majemuk,
bukan kelekatan pada satu citra.
Karenanya peran-peran adalah menjalani anugerah,
spasi untuk berlatih dan berserah,
yang perlu tersadari dalam teguh berupaya,
dan sekaligus bersanding dalam teduh berserah.
Halo Senantiasa Berada / Mas Ivan,
Selalu suka dengan kesederhanaan dalam tulisannya.
Sangat membantu merenungi beragam peran yang saya rasakan di 2020 dan akhirnya coba dituliskan di blog saya.
Semoga di tahun yang baru bisa semakin menuju selaras.
Terima kasih
https://perlahansejahtera.wordpress.com/2021/01/05/mencoba-memahami-peran-di-2020/