Kita senantiasa dianugerahkan kondisi, dan semua kondisi tidak pernah bisa sepenuhnya kita pilih. Yang perlu kita lakukan adalah menyadari kondisi ini, dengan cara mengamati dan mengalami. Parameter sederhana dari kondisi keberadaan kita adalah nafas, tubuh, perasaan, dan pikiran.
Dengan Berkesadaran, kita mencoba untuk mengamati seapa-adanya, bukan seadanya. Amati tanpa dipikir-pikir, dianalisa, diberi label atau dicari penyebabnya. Kita mengamati tanpa larut di dalamnya, tapi juga tidak mengidentifikasikan keberadaan kita terhadap apa yang sedang muncul dan terjadi.
Dengan Berkesadaran pula, kita mencoba untuk mengalami dengan jernih.
Semua cara pandang dan pola pikir kita, biasanya terbentuk dari kondisi dan pengalaman masa lalu. Hal ini cenderung menyebabkan distorsi dari kenyataan yang sesungguhnya, dan bahkan memberikan arti tambahan, yang sebenarnya tidak ada, pada pengalaman kita. Dalam Berkesadaran, kita menyadari pola-pola ini, dan berlatih untuk mengamati dan mengalami segala sesuatunya tanpa kebiasaan cara pandang serta pola pikir yang sudah menjadi bagian dari persepsi kita.
Selain itu, apa yang biasanya kita lihat dan kita pikirkan, bisa jadi merupakan apa ingin kita lihat dan ingin kita pikirkan. Nah, yang ‘ingin-ingin’ ini, bukan berbasiskan kebiasaan masa lalu, namun ekspresi akan pengharapan ke masa depan. Peka akan hadirnya keinginan, dan bahkan keharusan, juga merupakan pola yang perlu kita sadari dalam Berkesadaran.
Berkesadaran akan membuat kita peka akan hadirnya ego untuk kedua hal diatas: distorsi akibat kemelekatan dari masa lalu dan masa depan.
Berkesadaran dapat kita lakukan melalui latihan Duduk Diam dan melalui seluruh sikap kita dalam keseharian, sesuai dengan peran, saat, dan tempatnya. Lakukan latihan Duduk Diam ini secara rutin, di setiap hari. Jika memungkinkan, dapat dilakukan di tempat yang sama dulu, dengan durasi yang sama, untuk membantu membangun kebiasaan.