Berkesadaran memerlukan Amati dan Alami. Keduanya, perlu kita Asah.
Orang yang menyebut dirinya berpengalaman sebenarnya adalah orang yang menyadari keberadaannya. Ia senantiasa mengasah amati dan alami. Ia mengasah kepekaan, keterjalinan, dan kearifan dalam mengamati dan mengalami. Ia berkesadaran di setiap waktu, tempat, dan perannya. Pengalaman, bukan peristiwa dari masa lalu – ia adalah kondisi di setiap momennya.
Agar kita benar-benar mengasah amati dan alami, kita memerlukan kepekaan – sikap untuk menyadari kondisi keberadaan dalam bentuk sensasi yang dialami melalui nafas, tubuh, pikiran, dan perasaan. Tanpa mengasah amati dan alami, maka yang bisa terjadi adalah ketidakpekaan – ketidaktahuan kita akan perubahan ritme nafas kita, sensasi yang terjadi di tubuh, serta pikiran dan perasaan yang masuk.
Ketidaktahuan ini, akan terjadidalam keseharian kita. Kian kita tidak peka, kian kita tidak sadar bahwa sikap, tutur, interaksi maupun keputusan yang kita ambil tidak jernih terjadi. Rasa kesal kita terhadap satu peristiwa, dapat mempengaruhi sikap kita terhadap orang lain yang tak ada hubungannya dengan peristiwa tersebut. Atau rasa bahagia kita terhadap suatu momen, dapat menjadi euforia yang mempengaruhi proses pengambilan keputusan kita di situasi yang tidak ada hubungannya
Dengan melatih kepekaan, kita berlatih memilih respon kita dengan lebih jernih, di setiap momennya
Tentunya kepekaan tidak berarti sensitif dalam makna yang sering kita pergunakan dalam keseharian. Sensitif – biasa dikatakan sensi – dalam makna keseharian adalah kita jadi larut dalam kondisi, sehingga mudah tersinggung dan memberikan ekspresi yang tidak perlu. Dengan berlatih kepekaan, yang terjadi adalah yang sebaliknya, kita menyadari akan obyek-obyek yang hadir ke dalam keberadaan kita, sehingga bisa memilih mana yang perlu ditindaklanjuti, mana yang dibiarkan hadir untuk berlalu.
Kepekaan-kepekaan ini kita asah, bukan saja untuk menyadari keberadaan kita di setiap momen, namun membantu kita untuk membawakan diri kita dalam kehidupan ini. Sehingga misalnya, kepekaan yang terasah melalui latihan, akan membantu kita menyadari passion dan purpose, termasuk tidak melekat dengan passion dan purpose kita.
Kepekaan tidak terbatas pada keberadaan sendiri. Ia juga berarti jernih melihat situasi di luar keberadaan kita, orang-orang di sekitar kita, obyek di sekitar kita, ingatan kita, dan cara kita melihat ke depan. Lebih jauh lagi, kepekaan akan menyadari bahwa kita dan sekitar kita tidak terpisahkan.