Orang-orang yang Berlatih

jehyun-sung-486247-unsplash
Photo by Jehyun Sung on Unsplash

Orang-orang yang berlatih adalah mereka yang mengamati segala yang dihadirkan kepada mereka, mengalami seapa adanya dengan jiwa dan raganya, dan senantiasa mengasah bukan untuk menjadi lebih, namun untuk kian sejati.

Orang-orang yang berlatih berupaya tanpa mengharuskan, berserah tanpa bermalasan. Orang-orang yang berlatih terus mencoba, tanpa coba-coba. Mereka merayakan kebelumannya dengan terus berlatih, bukan karena harus, namun karena inilah jalan pulang.

Orang-orang ini berlatih untuk mencoba rutin duduk diam untuk masuk ke dalam diri di setiap harinya. Mereka duduk diam untuk duduk diam, tidak bertujuan, namun masuk ke dalam perjalanan duduk diam itu sendiri. Tidak jengah akan pikiran yang senantiasa hadir ketika berdiam, dan tidak terganggu ketika merasakan yang lain yang mungkin tampak tidak sebaik dari yang sebelumnya.

Orang orang ini berlatih untuk hadir sehadir-hadirnya di setiap momen. Inilah ilmu, inilah mengalami, inilah pintu untuk berbagi. Hadir sepenuhnya mengasah empati, hadir sepenuhnya agar bisa menjadi pintu anugerah bagi yang lain, hadir sepenuhnya untuk bisa masuk ke pintu anugerah yang dibuka oleh yang lain.

Orang-orang ini berlatih untuk memekarkan emosinya dalam diri, agar diterima seapa-adanya, agar bisa selesai, agar senantiasa sadar. Semua emosi adalah pengingat, semua emosi adalah guru, dan sebaik-baiknya ilmu adalah dimekarkan untuk diterima sedalam-dalamnya.

Orang-orang ini berlatih untuk hanya sedikit terhenyak ketika dukacita datang, dan hanya sedikit terpana ketika sukacita datang. Mereka melihat keduanya sama, karena percaya bahwa semuanya baik, semuanya membaikkan.

Orang-orang yang berlatih mencoba melihat tanpa menjadi yang melihat, mencoba berpikir tanpa menjadi si pemikir, dan mencoba bertindak sebagai yang melalukan, bukan yang melakukan. Semuanya semata-mata untuk meniadakan ego. Dan mereka sadar inilah perjalanan yang tak pernah selesai karena ego berlapis-lapis dan hanya selesai ketika izin itu dianugerahkan. Dan sekali lagi, dijalani karena inilah jalan kembali.

Orang-orang yang berlatih mencoba untuk secara sadar menggunakan intelektualisme setelah sebelumnya mengkokohkan spiritualisme. Menggunakan non-metoda sebagai dasar metoda. Dengan kata lain, mereka menjalani subyektifitas, spontanitas, nurani, kepasifan, sebelum menyelenggarakan obyektifitas, sistematis, nalar, dan keaktifan.

Orang-orang yang berlatih senantiasa mengingatkan dirinya mereka selalu pemula, semuanya selalu baru, semua yang sudah terjadi sudah selesai, semua yang akan datang belum dan belum tentu terjadi. Belajar menjadi keniscayaan, berbagi menjadi cara belajar terbaik.

Orang-orang yang berlatih senantiasa menjalin dengan segala. Nyaman bertemu dengan teman kembali untuk berbagi kearifan dan kegalauan, dan nyaman dengan mereka yang belum ingin pulang, serta nyaman ketika menapaki kepulangan sendiri.

Kontemplasi Kami ~